KEBURUKAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN
Oleh: NUR ROZUQI*
Meski Kabupaten Lamongan masih diakui sebagai lumbung pangan nasional, kondisi pertanian di wilayah ini menghadapi tantangan serius mulai dari perubahan iklim, keterbatasan air irigasi, hingga ketimpangan akses teknologi dan pendampingan petani. Berikut penjelasan mendalam mengenai situasi pertanian Lamongan saat ini:
1. Tekanan Perubahan Iklim dan Ketersediaan Air
a. Petani Lamongan menghadapi perubahan pola musim tanam, yang berdampak pada ketidakpastian hasil panen.
b. Ketersediaan air irigasi menjadi kendala utama, terutama di wilayah yang tidak memiliki embung atau sumur dangkal.
c. Meski ada upaya rehabilitasi jaringan irigasi, akses air belum merata, menyebabkan ketimpangan produktivitas antar kecamatan.
2. Ketimpangan Produktivitas dan Akses Teknologi
a. Beberapa wilayah seperti Laren, Sugio, dan Maduran mampu tanam padi hingga tiga kali setahun, namun wilayah lain tertinggal karena keterbatasan lahan dan teknologi.
b. Pemanfaatan lahan rawa dan non-produktif belum optimal, padahal berpotensi mendukung swasembada pangan.
c. Akses terhadap bibit unggul, pupuk, dan alat pertanian modern masih terbatas, terutama bagi petani kecil.
3. Kapasitas SDM dan Pendampingan Petani Lemah
a. Program sekolah lapang seperti SL GAP dan SL PHT sudah berjalan, namun belum menjangkau seluruh kelompok tani secara merata.
b. Literasi pertanian dan manajemen usaha tani masih rendah, menyebabkan ketergantungan pada tengkulak dan pola tanam tradisional.
4. Ketergantungan pada Program Pemerintah
a. Pemkab Lamongan mencanangkan penggunaan minimal 20% dana desa untuk sektor pertanian, namun implementasinya belum konsisten.
b. Petani masih bergantung pada bantuan bibit dan pupuk, tanpa strategi jangka panjang untuk kemandirian usaha tani.
5. Ancaman terhadap Ketahanan Pangan Lokal
a. Meski capaian Luas Tambah Tanam (LTT) mencapai 28,30% dari target nasional, produktivitas belum stabil dan rentan terhadap gangguan eksternal.
b. Indeks Penanaman (IP) Lamongan meningkat dari 1,3 ke 1,6, namun belum cukup untuk menjamin ketahanan pangan jangka panjang.
Kesimpulan: Pertanian Lamongan sedang berada di persimpangan antara potensi besar dan ancaman sistemik. Jika tidak segera dibenahi melalui pendekatan partisipatif, teknologi tepat guna, dan penguatan kelembagaan petani, maka status Lamongan sebagai lumbung pangan nasional bisa terancam.
Terima kasih, semoga barokah, Aamiin…
*Penulis adalah
Direktur Pusbimtek Palira
Ketua Umum DPP LKDN

