STRUKTUR SOSIAL DESA TIDAK TERBENTUK SECARA STATIS
Oleh: NUR ROZUQI*
Untuk memahami dinamika masyarakat desa secara menyeluruh dalam konteks fasilitasi, perencanaan partisipatif, dan pemberdayaan. Struktur sosial desa tidak terbentuk secara statis, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi. Berikut uraian lengkap dan terstruktur:
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Sosial Desa
1. Faktor Geografis
a. Letak desa (pegunungan, pesisir, pedalaman) memengaruhi pola interaksi sosial.
b. Aksesibilitas terhadap kota, pasar, dan layanan publik.
c. Sumber daya alam yang tersedia (sawah, hutan, sungai) membentuk struktur ekonomi dan kerja sama sosial.
Contoh: Desa pesisir cenderung memiliki struktur sosial berbasis nelayan dan komunitas maritim.
2. Faktor Sejarah dan Asal-Usul
a. Proses pembentukan desa: apakah berasal dari migrasi, pemekaran, atau komunitas adat.
b. Pengaruh kolonial atau kerajaan: membentuk struktur kekuasaan dan adat.
c. Legenda dan tokoh pendiri desa: menjadi simbol identitas dan kepemimpinan informal.
Contoh: Desa yang berasal dari komunitas adat memiliki struktur marga atau suku yang kuat.
3. Faktor Adat dan Budaya Lokal
a. Sistem nilai dan norma adat: menentukan peran sosial, mekanisme musyawarah, dan penyelesaian konflik.
b. Struktur kelembagaan adat: seperti banjar, nagari, kampung, huta, marga.
c. Tradisi gotong royong dan ritual sosial: memperkuat solidaritas dan kohesi sosial.
Contoh: Di Bali, struktur banjar sangat menentukan relasi sosial dan pengambilan keputusan.
4. Faktor Politik dan Pemerintahan
a. Kebijakan pemerintah: seperti UU No. 5/1979 yang menyeragamkan struktur desa, dan UU No. 6/2014 yang mengembalikan hak asal-usul.
b. Peran kepala desa dan perangkat: memengaruhi dinamika kekuasaan dan partisipasi.
c. Hubungan dengan pemerintah daerah: menentukan akses terhadap program dan sumber daya.
Contoh: Desa yang aktif dalam Musrenbangdes cenderung memiliki struktur sosial yang lebih partisipatif.
5. Faktor Pendidikan dan Literasi Sosial
a. Tingkat pendidikan warga: memengaruhi pola komunikasi, kepemimpinan, dan partisipasi.
b. Akses terhadap informasi dan pelatihan: membentuk kelompok-kelompok belajar dan komunitas perubahan.
c. Peran tokoh pendidik lokal: guru, fasilitator, penyuluh.
Contoh: Desa dengan PKBM aktif memiliki struktur sosial yang mendukung transformasi pengetahuan.
6. Faktor Ekonomi dan Mata Pencaharian
a. Jenis pekerjaan dominan: petani, nelayan, pengrajin, buruh migran.
b. Kehadiran UMKM dan koperasi desa: membentuk kelompok usaha dan solidaritas ekonomi.
c. Ketimpangan ekonomi: bisa memengaruhi stratifikasi sosial dan konflik.
Contoh: Desa dengan koperasi kuat cenderung memiliki struktur sosial berbasis ekonomi kolektif.
7. Faktor Demografi dan Mobilitas
a. Jumlah dan komposisi penduduk: usia, gender, etnis, agama.
b. Migrasi keluar-masuk: buruh migran, urbanisasi, transmigrasi.
c. Pertumbuhan penduduk: memengaruhi pembentukan RT/RW dan dusun baru.
Contoh: Desa dengan banyak buruh migran memiliki struktur sosial yang dipengaruhi oleh remitan dan jaringan luar desa.
B. Catatan Praktis untuk Fasilitasi
Memahami faktor-faktor ini sangat penting untuk:
1. Menyusun peta sosial desa secara partisipatif
2. Mengidentifikasi aktor kunci dan potensi konflik
3. Menentukan pendekatan komunikasi dan edukasi yang sesuai
4. Merancang program pemberdayaan yang kontekstual dan berkelanjutan
Terima kasih, semoga barokah, Aamiin…
*Penulis adalah
Direktur Pusbimtek Palira
Ketua Umum DPP LKDN

